Liputan6.com, Jakarta Penemuan ini menambah daftar panjang eksplorasi ilmiah yang mengubah racun dari sekadar ancaman menjadi sumber potensial untuk pengobatan. Sebelumnya, beberapa jenis racun ular telah digunakan dalam pengembangan obat-obatan, seperti Captopril—obat tekanan darah tinggi yang dikembangkan dari racun Bothrops jararaca, sepupu dekat Cotiara.
Para ilmuwan berharap bahwa penelitian lebih lanjut dapat mengungkap mekanisme kerja zat dalam racun Cotiara, sehingga dapat diolah menjadi obat dengan efek samping minimal. Selain itu, temuan ini menegaskan pentingnya konservasi spesies ular berbisa, bukan hanya untuk keseimbangan ekosistem, tetapi juga untuk kemajuan dunia medis.
Tidak ada komentar