Lebih Dekat dengan Didong: Simfoni Budaya Gayo dalam Syair, Musik, dan Gerakan

Lebih Dekat dengan Didong: Simfoni Budaya Gayo dalam Syair, Musik, dan Gerakan

Liputan6.com, Blangkejeren - Di tengah-tengah dataran tinggi Gayo yang berhawa sejuk dan berbalut pesona alam yang memesona, tersembunyi sebuah warisan budaya yang bukan sekadar tontonan, melainkan juga tuntunan yang sarat makna. Didong, demikian nama kesenian tradisional ini, merupakan ekspresi budaya yang khas dari masyarakat Aceh Tengah, terutama di kalangan suku Gayo. Didong bukanlah kesenian yang lahir dari ruang kosong ia merupakan cerminan dari semangat kolektif, nilai-nilai sosial, dan tradisi lisan yang mengakar kuat dalam kehidupan masyarakat.

Kesenian ini merupakan paduan indah antara syair yang disuarakan dalam bahasa Gayo yang kaya metafora, irama musik yang dimainkan dengan alat-alat sederhana seperti bantal didong yang dipukul berirama, serta gerakan-gerakan tubuh yang dinamis namun penuh makna. Dalam setiap pertunjukannya, Didong menyuguhkan semacam simfoni budaya yang tak hanya menghibur, tetapi juga mendidik dan membentuk karakter masyarakat. Didong berkembang di lingkungan masyarakat agraris yang menjunjung tinggi nilai-nilai gotong royong dan solidaritas sosial.

Tidak ada komentar

Baca selengkapnya