Liputan6.com, Gunungkidul - Di antara derai tawa dan pelukan hangat reuni diaspora, terselip sebuah kekhawatiran mendalam yang tak bisa disembunyikan. Hank Hadikromo, seorang diaspora Jawa berusia 62 tahun asal Suriname yang kini menetap di Belanda, berdiri di hadapan ratusan wajah familiar dan asing di Bangsal Sewokoprojo, Gunungkidul.
Suaranya, meskipun tenang, sarat dengan kegelisahan tentang masa depan bahasa Jawa. Baginya, ancaman kepunahan bahasa ibu ini bukan lagi wacana akademis, melainkan kenyataan pahit yang perlahan terjadi di depan mata.
Tidak ada komentar