Penemuan Kopi Luwak, Kisah Resistensi Petani pada Era Kolonial
- hari ini, 01.07
- liputan6.com
- 0
![Penemuan Kopi Luwak, Kisah Resistensi Petani pada Era Kolonial](https://stx.myfresh.app/h/110/j8mbyLSWwS03IPp47Ou4wlzbHrmLCa0QVRRNR6sVmkewloDUWqQrv6_MPh8iYiBhEVE8ChiGMXuxJ-nbNycPPvr2r_Fh40roc_z0Xxr04Me24NKgGhZqjMWOQ7M2U61J8Bkx6XHINOTRVPdg48X74-3binA4U2hbBmojCh0VsVkNTeLLuAtJRAgW_dw77qCwnIQD6iwZ0jg9adu8SYelwRmnQ2JhryLoOOTBI54XUcU8iSljZ9453v0cQuKf8mUokXjaHtV8MsPFeze45_Hl6J1xtOGC_YfU6SlQNvzMmj0.jpg)
Liputan6.com, Yogyakarta - Telah kita ketahui bersama bahwa Yogyakarta mempunyai garis sumbu imajiner yang membentang dari Utara-Selatan yang telah resmi diakui sebagai Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO, sebagai “The Cosmological Axis of Yogyakarta and its Historic Landmarks”.
Satu garis yaitu sumbu yang membentang dari utara ke selatan dalam satu garis lurus : jalan yang menghubungkan Tugu Golong Gilig, Keraton, dan Panggung Krapyak, yang kita kenal sebagai “Sumbu Filosofi Yogyakarta”.
Tidak ada komentar