Liputan6.com, Yogyakarta - Masyarakat dikejutkan dengan kasus oknum peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Anestesi di salah satu RS di Bandung yang melakukan kekerasan seksual pada pasien. Berkaca dalam kasus ini sangat penting penguatan sistem perlindungan pasien, serta evaluasi menyeluruh terhadap pola pembinaan dan pengawasan tenaga medis, termasuk mereka yang tengah menjalani pendidikan spesialis.
Melihat kasus itu, sebagai rumah sakit pendidikan, Rumah Sakit Akademik Universitas Gadjah Mada (RSA UGM) menyadari tanggung jawab besar dalam membentuk tenaga medis yang tidak hanya unggul secara klinis, tetapi juga menjunjung tinggi nilai-nilai etik dan profesionalisme. Direktur RSA UGM, Darwito, mengatakan di institusinya proses seleksi PPDS tidak hanya mengukur aspek akademik tetapi juga integritas kepribadian. “Seleksi itu tidak berhenti pada nilai akademik. Setelah ujian keilmuan, ada juga tes psikologi seperti MMPI dan wawancara yang bertujuan menggali karakter,” tegasnya.
Tidak ada komentar