Ragam Hidangan Autentik dari Suku Mentawai
- hari ini, 16.05
- liputan6.com
- 0
Liputan6.com, Jakarta Anak-anak usia di bawah lima tahun kerap kali menunjukkan perilaku tantrum, yang ditandai dengan marah, mengamuk, atau menangis dengan keras. Namun, apakah perilaku ini menandakan bahwa emosinya tidak stabil? Tidak selalu demikian. Tantrum pada anak sebenarnya adalah bagian dari proses perkembangan yang wajar, di mana anak belajar mengelola emosi yang mereka rasakan. "Tantrum adalah ekspresi alami anak untuk menunjukkan rasa marah atau kecewa, terutama ketika mereka belum dapat mengkomunikasikan perasaannya dengan baik," ujar Dr. Amira Suryani, seorang psikolog anak yang menjelaskan fenomena ini.
Perilaku tantrum umumnya terjadi karena anak merasa kesulitan dalam mengekspresikan dua jenis emosi kuat, yaitu kemarahan dan kesedihan. Pada usia dini, kemampuan anak untuk berkomunikasi terbatas, sehingga mereka bisa merasa frustrasi ketika orang tua tidak dapat memahami apa yang mereka inginkan. "Sebagian besar tantrum terjadi karena anak merasa kesulitan mengungkapkan perasaannya dengan kata-kata," lanjut Dr. Amira. Hal ini membuat mereka lebih mudah merasa frustrasi, yang akhirnya memunculkan tantrum sebagai bentuk reaksi terhadap emosi yang tidak terkelola.
Tidak ada komentar